Sunday, August 18, 2013

Reportase Desa SalakBrojo

    1.Kurangnya Kesadaran Warga akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tim II KKN saat mengunjungi industry batu-bata

Pada hari Senin (21/7) Tim II KKN UNDIP  keliling Desa untuk mencari potensi - potensi yang dimiliki Desa Salakbrojo. Pencarian kami terhenti pada area Industri pembuatan batu-bata. Kami melakukan wawancara dan observasi mengenai proses pembuatan batu bata yang ada di Desa Salakbrojo. Industri batubata yang kami kunjungi dapat dikatakan sebagai industri yang cukup besar, karena setelah proses pembuatan, batu-bata langsung diangkut oleh truk untuk didistribusikan ke pembeli yang kebanyakan disekitar Pekalongan.

Hal yang sangat disayangkan adalah belum adanya Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai bagi pekerja batu-bata. Padahal proses pembuatan batu-bata merupakan pekerjaan berat dan menghasilkan limbah debunya sangat banyak. Namun para pekerja terlihat biasa saja dan seperti tidak terganggu dengan limbah debu tersebut. Akhirnya Tim II KKN UNDIP melakukan sosialisasi mengenai pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk industry batu-bata serta pembagian masker kepada para pekerja.
Tim II KKN saat membagikan masker kepada pekerja industri batu-bata

2. Potensi Desa Salakbrojo

Pada hari Senin (21/7) Tim II KKN UNDIP melakukan keliling Desa untuk mencari potensi - potensi yang dimiliki Desa Salakbrojo. Kemudian Tim kami mengunjungi industry konveksi celana jeans milik ibu Rina di desa Salakbrojo. Salah satu potensi yang menonjol di Desa Salakbrojo adalah konveksi, hampir setiap rumah memiliki usaha konveksi sendiri. Industri Konveksi milik Ibu Rina ini merupakan industri yang cukup besar di Desa Salakbrojo. Kami melakukan wawancara  langsung dengan pemilik industry beberapa informasi kami dapatkan yaitu berupa daerah pemasaran produk jeans yaitu di daerah Jakarta dan Yogyakarta, belum adanya pembukuan yang jelas untung-rugi sederhana. Dari Tim II KKN UNDIP kemudian menjelaskan pembukuan sederhana untung-rugi agar pemilik industry dapat mengetahui jumlah untung-rugi dari usaha mereka. Kemudian kami melihat bagian produksi industri jeans milik ibu Rina. Ibu rine tergolong kedalam konveksi yang cukup besar/menengah karena memiliki pegawai lebih dari sepuluh orang.

3. Perintisan BonLe (Abon Lele) di DesaSalakbrojo



Tim II KKN Undip saat melakukan sosialisasi Abon Lele


Pada hari Senin (19/7) Tim II KKN UNDIP melakukan sosialisasi wirausaha mandiri kepada ibu-ibu PKK Desa Salakbrojo dan melakukan perintisan usaha Abon Lele. Ibu-Ibu PKK terlihat antusias dengan sosialisasi dari Tim II KKN UNDIP hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan seputar abon lele. Kemudian Ibu-ibu PKK meminta Tim II KKN UNDIP untuk melakukan praktek bersama pada hari Minggu (21/7). Tim II KKN UNDIP dengan senang hati mendampingi ibu-ibu PKK untuk praktek pembuatan abon lele.
Pada hari Minggu (21/7) sehabis tarawih, Tim II KKN UNDIP bersama-sama Ibu-ibu PKK melakukan praktek pembuatan abon lele di balai desa. Kali ini jumlah Ibu-ibu yang hadir lebih banyak dibandingkan saat sosialisasi pada hari Senin (19/7) pada sosialisasi sebelumnya, ibu-ibu terlihat antusias dan senang dengan adanya praktek pembuatan abon lele. Ibu-ibu belajar bersama dari cara pengupasan kulit lele, mengukus lele sampai pembuatan abon lele. Sembari menunggu abon lele matang, Tim II KKN UNDIP mensosialisasi cara pengemasan serta cara pemasaran abon lele supaya menjadi ciri khas produk Desa Salakbrojo sendiri. Setelah abon lele matang, Ibu-ibu PKK membawa abon lele hasil masakan Ibu-ibu PKK bersama Tim II KKN UNDIP agar dapat dicicipi oleh keluarga dirumah.

Antusiasme Ibu-ibu PKK saat memasakBonLe (AbonLele) 

   4.Penjemuran kain batik setelah pewarnaan
Rabu (24/7) Tim KKN II UNDIP di desa Salakbrojo, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan berkeliling desa. Saat berkeliling desa kami melihat kegiatan yang cukup menarik perhatian kami, ada sekelompok warga yang sedang melebarkan beberapa kain di atas rumput, yang lokasinya berada di lapangan desa Salakbrorjo. Kami yang melihat kegiatan tersebut tertarik untuk mengetahui lebih lanjut apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang tersebut, karena jumlah kain yang dijemur tidak sedikit jumlahnya yaitu sekitar 50 lembar kain dengan panjang 8 meter per lembar.
Ternyata yang dilakukan oleh warga tersebut adalah melakukan penjemuran  kain yang masih basah setelah pewarnaan. Setelah kami bercakap-cakap dengan warga tersebut kain tersebut awalnya dari kain putih (kain mori) yang diwarnai dengan metode cap seperti yang ditunjukan pada foto yang ada diatas. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan dari rangkaian konveksi rumahan, kain mori putih diwarnai dengan cap untuk memberikan motif batik yang seperti ditunjukkan pada foto diatas. Begitulah yang dituturkan oleh salah seorang warga yang sedang menjemur kain.

No comments:

Post a Comment